Rabu, 16 Desember 2009

MEDAN PERTEMPURAN SWASTIKA BERAKHIR! MEDAN PERTEMPURAN HMP MENANTI!

Akhirnya setelah kurang lebih dua bulan berlangsung, acara Swastika (Sinergi, Berwawasan, Solid, Berbakti, dan Berkarya) pun berakhir. Puncak berakhirnya acara tersebut ditandai dengan dilantiknya kami, keluarga PL08, menjadi bagian dari keluarga besar HMP Pangripta Loka ITB. Jaket merah marun yang kami banggakan itu pun melekat erat di tubuh hingga tulang, darah, dan jiwa kami. Kami cinta HMP ! Kami akan memberikan semua yang terbaik dari diri kami masing-masing untuk HMP sampai akhir ! Kami tidak akan meninggalkan HMP ! HMP SAMPAI MAMPUS !!! Entah semangat ini sudah mengakar di setiap jiwa mahasiswa PL08 atau belum, yang pasti gw dan beberapa teman lain yang udah punya akan berusaha untuk menularkan semangat itu.
Secara pribadi, gw gak bisa memungkiri kalo Swastika itu merupakan salah satu momen penting dalam hidup gw. Banyak kenangan maupun pelajaran bisa gw ambil di dalamnya. Sebelumnya gw mau cerita kilas balik dari awal dulu nih hehehe. Kira-kira pertengahan Agustus 2009, rangkaian awal kegiatan kaderisasi kami pun dimulai. Diawali dengan interaksi dengan tim interaksi HMP selama kurang lebih sebulan hingga akhir September 2009. Banyak peristiwa penting selama interaksi. Mulai dari terpilihnya Ridzki Januar Akbar (15408038), atau yang lebih akrab disapa Jeje, sebagai ketua angkatan kami, acara Sahur On The Road, hingga tugas video liburan yang sangat menyenangkan serta pembuatan Mars dan Yel-yel angkatan. Gw sangat bersyukur dengan adanya kegiatan interaksi tersebut sebagai masa persiapan sebelum dimulainya Swastika. Ga kebayang deh kalo waktu itu Swastika langsung mulai tanpa adanya interaksi dulu, angkatan PL08 pasti hancur lebur kayak prajurit yang belum punya skill dan pengalaman berperang tiba-tiba dipaksa maju ke garis depan medan perang, hahaha gugur seketika itu juga pastinya. Makasih banyak buat tim interaksi HMP (Ade,Ami,Ka Uli,Ka Aina,Ka Intan, Ka Uning) yang udah menempa angkatan PL08 biar kompak sebelum berperang walau mungkin sampai pada akhirnya Swastika dimulai angkatan PL08 masih belum kompak sepenuhnya sesuai ekspetasi kalian.
Akhirnya hari yang dinantikan pun tiba. Malam itu, 2 Oktober 2009, Opening Swastika pun dilaksanakan di depan tunnel Sunken Court. Malam itu pula untuk pertama kalinya Ketua Swastika (Sandy), Korlap (Victor), serta ketiga Danlap (Ruhut, Fitra, dan Ibam) menampakkan dirinya sambil menyampaikan orasi masing-masing. Pertemuan-pertemuan berikutnya gak bisa gw certain detail satu persatu, terlalu panjang sob. Kalo mau tau lengkapnya liat aja noh di buku marun gw hahaha. Tapi ada beberapa peristiwa penting yang sulit dilupakan. Antara lain ketika kami mencetak sejarah meninggalkan seorang teman kami, yaitu Luthfi. Kemudian pada hari yang sama pula dilakukan sidang yang menuntut agar Jeje turun sebagai ketua angkatan (namun di akhir sidang diputuskan bahwa Jeje tetap menjadi ketua angkatan PL08 hingga Swastika berakhir). Selanjutnya rentetan tragedi puncak pun terjadi pada tiga hari terakhir Swastika. Yang pertama adalah pas kami telat 33 menit yang membuat kekesalan panitia memuncak hingga kami diusir dan Swastika pun dihentikan. Saat itu, semua rasa bercampur menjadi satu. Sedih, kecewa, marah, stress, histeris, putus asa, bahkan ada pula yang puas dengan tindakan panitia tersebut. Gw sendiri juga kecewa dan puas karena gw akuin angkatan gw tuh emank batu yang mesti dicambuk, ditusuk, atau diperkosa dulu biar sadar hahahahaha. Gw rasa bukan gw doank yang berpikiran kayak gitu. Tapi kalo ternyata emank cuma gw doank yang punya pikiran kayak gitu, sory banget banget nih teman-teman. Akhirnya setelah kami bisa menenangkan diri, kami pun mendatangi panitia kembali untuk memohon agar Swastika kembali dilanjutkan. Kami masih ingin berjuang. Mengutip penggalan kalimat dari yel-yel kami, yaitu “Kami bersemangat tak pernah menyerah”. Kami ingin membuktikan itu. Semangat kami untuk menjadi bagian dari keluarga HMP tidak akan pernah padam. Akhirnya Swastika pun dilanjutkan kembali keesokan harinya dengan title “Swastika Percobaan”. Kalo kami sampe ngelakuin kesalahan lagi, tidak akan ada toleransi lagi. Hari kedua itu adalah hari dimana laporan ekskursi angkatan kami dievaluasi habis-habisan oleh panitia. Kebetulan hari itu gw nggak masuk gara-gara sakit dang w hanya mendengar soal evaluasi tersebut dari temen-temen gw. Dan hari terakhir adalah hari dimana air mata berjatuhan di pagi hari yang cerah, sungguh ironis sekali (namun pada akhirnya terbukti bahwa air mata tersebut adalah air mata sia-sia seperti yang diungkapin Jeje pas Marimar). Pagi itu kurang lebih sekitar dua puluh orang teman kami tidak dapat mengikuti Swastika, sebagian besar karena sakit. Namun akhirnya panitia memulangkan kami yang tersisa dan kami diharuskan memanggil semua teman kami yang tidak masuk tersebut. Kembali bermacam rasa bercampur aduk menjadi satu (mungkin yang paling dominan adalah sedih,terbukti dari banyaknya air mata yang nggak terbendung lagi). Benar-benar perjuangan yang keras untuk mendatangkan beberapa dari mereka dalam keadaan tidak berdaya. Apa boleh buat, ya memang beginilah yang namanya medan pertempuran. Sulit untuk menduga bentuk serangan yang akan dilancarkan oleh musuh. Maju terus kawan! Ini adalah pertempuran kita bersama ! Jangan biarkan seorang pun dari kita gugur sampai akhir !
Dua minggu kemudian akhirnya solusi praktis di Desa Kidang Pananjung pun dilakukan. Kami melakukan semaksimal mungkin untuk mendirikan rumah baca, melakukan kerja bakti, dan penyuluhan. Walau pada malam harinya kegiatan solusi praktis kami dievaluasi habis-habisan dan dinyatakan gagal. Namun kami tidak kecewa karena kami sudah memberikan yang terbaik. Dan tanpa disangka-sangka yang jadi “Man Under the Moonlight” adalah Sondang, yang jadi poros hujatan para panitia. Sondang terlihat begitu pasrah dan nggak banyak omong dalam meladeni hujatan-hujatan dari panitia. Evaluasi itu pun diakhiri dengan pernyataan tolol dari Yovan yang menyatakan “Bila satu orang dari kami jadi non-him,kami semua akan non-him juga !” Hahaha Vaaan Vaaan, laen kali kalo mau ngomong agak dipikir dulu ya. Mendingan jadi orang yang gak banyak omong tapi gara-gara mikir dulu daripada jadi orang banyak omong tanpa mikir dulu.OK?! Setelah itu pun kami disuruh istirahat oleh panitia dan dibangunkan keesokan paginya pada pukul empat subuh untuk bersiap melakukan mobilisasi pulang. Ternyata rute mobilisasi kami berbeda dengan sebelumnya. Kami dibawa ke puncak bukit hingga akhirnya menuju lapangan bola dan dilantik menjadi anggota biasa HMP Pangripta Loka ITB setelah sebelumnya melalui proses agitasi yang cukup panjang. Pelantikan itu sendiri sangat berkesan bagi gw karena gw adalah orang pertama yang maju untuk menerima jahim. Yang ngasih gw jahim tuh si Novian. Tapi gw nggak ngerti nih orang lagi ngebayangin apa pas lagi nyoret tulisan calon di kaos gw soalnya dia nyoretnya keterusan sampe lambang HMP-nya hahaha jadinya gw sering dibilang nonhim gara-gara itu hahaha. Banyak yang menangis terharu saat momen itu, apalagi ketika lagu “Dinda Sayang” mulai dilantunkan oleh seluruh warga. Akhirnya kami pun memiliki keluarga baru yang akan kami banggakan sampai mampus. HMP SAMPAI MAMPUS !!!
Masih banyak kenangan lainnya selama Swastika berlangsung, mulai dari ngerjain tugas baju Swastika, ngerjain tugas baliho dan 3D, ngerjain tugas mesin ketik, ngerjain tugas laporan ekskursi maupun solusi praktis. tugas penelitian ilmiah, olahraga bersama, nonton film Saving Private Ryan di rumah Andi, danus buat SOTR sama solprak, roadshow sama buka stand pengumpulan buku, serta forum-forum biasa maupun forum-forum khusus lainnya. Entah momen-momen seperti itu bisa terulang kembali atau nggak, gw sendiri juga nggak tau. Entah berapa banyak anak yang merindukan momen-momen itu, gw sendiri juga nggak tau. Pernah suatu ketika gw nerima sms dari temen gw yang bernama Alvian. C.P, inti smsnya tuh dia nggak mau Swastika berakhir gara-gara dia takut momen-momen kebersamaan seperti di atas akan berakhir juga. Gw juga sempet ngerasain rasa takut yang sama. Namun terlepas dari berakhirnya kebersamaan itu atau nggak, masing-masing dari kami udah punya kenangan masing-masing maupun bersama yang akan tetap tersimpan di hati masing-masing selamanya.
Secara pribadi, banyak banget pelajaran yang gw dapat selama Swastika berlangsung, antara lain sebagai berikut :
1. Gw belajar untuk respect sama para pemimpin gw, termasuk ketua angkatan dan para perangkat-perangkatnya. Gw ngeliat ada beberapa teman yang kayaknya nggak tahan jadi follower karena biasanya jadi leader. Gw sendiri juga udah ngerasain beberapa kali ngerelain pendapat atau usul gw ditolak karena udah ada keputusan dari pihak atasan. Ya mau gimana lagi, emank mereka pemimpin gw kok. Makasih udah mau mimpin sama ngebina gw yang masih kekanak-kanakan ini ya, khususnya Jeje dan beberapa perangkatnya, trus ada juga beberapa orang yang udah gw anggap kayak kakak gw sendiri, serta semua teman-teman Planologi 2008 yang lain tentunya, lo semua adalah pemimpin gw.
2. Gw belajar buat ngorbanin segalanya, mulai dari waktu, tenaga, dan semua ego gw yang lain. Bahkan gw juga ngorbanin waktu gw buat pulang ke Jakarta berkali-kali. Dan yang terakhir nggak lupa juga gw udah ngorbanin LFM dan mutusin nggak nerusin lagi gara-gara gw mau konsen dan serius buat Swastika. Gw ngerasa lebih betah di PL08 daripada di LFM yang orang-orangnya nggak sejalan sama gw. Selalu ada pilihan dalam hidup. Saat kita mengorbankan suatu pilihan, maka ada dua kemungkinan di baliknya. Kemungkinan pertama adalah pilihan yang kita korbankan itu masih bisa kita peroleh di masa yang akan datang. Kemungkinan kedua adalah bahwa pilihan yang kita korbankan itu tidak akan pernah memiliki kesempatan lagi untuk menghampiri kita. Apapun kemungkinannya, di saat kita sudah mampu memilih dan konsisten di dalamnya, maka kita adalah manusia dewasa.
3. Gw belajar untuk bisa percaya, mulai dari percaya ke teman-teman, angkatan, maupun panitia. Seperti yang udah gw ungkapin pas Marimar kalo gw nggak pernah bisa percaya sama orang lain seratus persen. Sampai sekarang juga masih kayak gitu. Mungkin waktu itu temen-temen gw masih nggak begitu ngerti gw ngomong apaan. Hahaha ada-ada aja. Tapi kadangkala gw beruntung bisa kayak gini. Gw liat banyak orang di sekitar gw yang menderita gara-gara kepercayaan mereka berubah jadi bumerang. Kasian! Nyesek banget ya pasti hahaha. Kepercayaan bagaikan virus HIV yang bisa membunuh pelan-pelan, senjata ampuh para penganut teori konspirasi. Ya itu adalah teorema gw sebagai orang sakit jiwa. Kayak yang pernah gw bilang juga di Marimar, gw minta tolong ke teman-teman semua siapa pun orangnya, satu, dua, atau banyak juga boleh, tolong buat teorema baru yang udah terbukti keabsahannya yang bisa ngehancurin teorema egois gw itu.
4. Gw belajar buat ikhlas. Bisa dibilang ini salah satu pelajaran terbesar yang gw peroleh. Gw ikhlas untuk ngikutin Swastika sampai akhir. Gw ikhlas untuk ngerjain semua tugas-tugasnya walau mesti ngorbanin hal-hal penting lainnya. Gw ikhlas untuk menerima diri gw apa adanya. Gw ikhlas untuk mengakui bahwa gw bukanlah orang hebat di angkatan gw. Dan yang terakhir gw ikhlas untuk nempatin diri gw di antara teman-teman laen yang jauh lebih hebat daripada gw.
Ya kira-kira itu aja beberapa pelajaran besar yang gw dapat selama Swastika. Pelajaran-pelajaran itu nggak akan gw biarin gagal panen di hati gw, nggak akan gw biarin mati di hati gw. Biarlah kelak tubuh gw yang lebih dulu mati daripada pelajaran-pelajaran itu. Pelajaran-pelajaran itu juga akan gw jadiin pegangan untuk berkontribusi sampai mampus di HMP. Makasih buat semua teman-teman PL08 dan Panitia Swastika. Khusus untuk teman-teman PL08, kita udah memasuki medan pertempuran baru yang lebih berat. Tetaplah semangat kawan! Tetaplah ber-73 kawan! Cintailah HMP! Jangan tinggalkan HMP! HMP SAMPAI MAMPUS!!!
From moon to sun…
Planologi’s number one…
From east to weast…
Planologi is the best…
Na na na na na na…
Na na na na na na na…
Na na na na na na…
Na na na na na na na…
Planologiii !!! Aseeekk !!!
Planologiii !!! Aseeekk !!!


Blogspot Template by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by Lincah.Com - Bugatti Cars